Renungan Minggu Biasa XV, Tahun C 13 Juli 2025
Bacaan Injil Lukas 10:25-27
“siapakah sesamaku?”
Seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus, “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Yesus menjawab dengan mengarahkan dia pada hukum kasih: mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti diri sendiri. Untuk membenarkan dirinya, si ahli Taurat bertanya lagi, “Siapakah sesamaku manusia?” Yesus pun menjawab dengan perumpamaan tentang seorang yang jatuh ke tangan perampok, dipukuli dan ditinggalkan hampir mati. Seorang imam dan seorang Lewi melihat orang itu, tapi melewati saja. Namun, seorang Samaria, yang dianggap rendah oleh orang Yahudi, justru tergerak oleh belas kasihan, menolong, merawat luka-lukanya, dan membawanya ke penginapan serta membayar biaya perawatan. Yesus lalu bertanya: “Siapakah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan perampok itu?” Jawab ahli Taurat, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”
Demikianlah sabda Tuhan.
RENUNGAN
Perumpamaan tentang Orang Samaria yang Baik Hati dalam Lukas 10:25–37 mengajarkan kita bahwa kasih yang sejati tidak terbatas pada golongan, suku, atau agama. Yesus menceritakan bagaimana seorang imam dan seorang Lewi yang seharusnya menjadi teladan iman justru mengabaikan orang yang terluka. Namun, justru seorang Samaria, yang saat itu dipandang rendah oleh orang Yahudi, menunjukkan belas kasih yang nyata. Ia merawat, membawa, dan menanggung biaya perawatan orang yang tidak dikenalnya. Tindakan itu bukan hanya baik, tapi radikal dalam konteks sosial saat itu. Renungan ini menantang kita untuk bertanya: Apakah kita menjadi orang yang beriman tapi tak peduli? Apakah kita hanya berdoa dan membaca firman Tuhan, tetapi menutup mata terhadap penderitaan di sekitar kita? Tuhan Yesus ingin kita menyadari bahwa kasih bukan hanya perasaan, tetapi tindakan. Menjadi sesama bukan berarti hanya kepada orang yang kita sukai atau kenal, tetapi kepada siapa pun yang sedang menderita dan membutuhkan bantuan kita, meskipun berbeda latar belakang dengan kita. Yesus menutup perumpamaan ini dengan perintah: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!” Ini bukan sekadar ajakan, tapi panggilan hidup bagi setiap pengikut-Nya. Kita diajak menjadi saluran kasih Allah di dunia yang sering dingin dan individualis. Dalam setiap kesempatan, Tuhan memberikan kita peluang untuk menjadi “orang Samaria” bagi sesama dengan membantu, mendengar, memberi waktu, atau bahkan sekadar peduli. Mari kita mohon hati yang peka dan tangan yang rela untuk melayani.
DOA
Tuhan Yesus yang penuh kasih, ajarilah aku untuk memiliki hati yang peka dan penuh belas kasihan,
seperti orang Samaria yang baik hati. Jangan biarkan aku melewatkan sesamaku yang sedang terluka dan membutuhkan. Tolong aku untuk tidak hanya tahu Firman-Mu, tetapi juga berani melakukannya dalam hidup sehari-hari. Bimbing aku untuk menjadi sahabat bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang mereka. Dalam nama-Mu aku berdoa,
Amin.
Proudly powered by WordPress